NEWS

Peran Vital Apotek Komunitas dalam Tanggap Pandemi

Apotek komunitas dan toko obat swasta vital perannya dalam membantu mengurangi beban fasilitas sistem kesehatan selama pandemi, melalui pemberian saran serta obat yang akurat dan tepat kepada pasien. Pemerintah selaku pemegang kebijakan perlu meningkatkan upaya pelibatan apotek komunitas dengan membekali mereka dengan pedoman yang tepat dan sarana seperti alat pelindung diri yang memadai. Hasil analisis pengetahuan dan praktik dari 4.716 apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (TTK) oleh peneliti Australia, Indonesia, dan Inggris. Menyebutkan bahwa ada kerentanan dari proses distribusi alat kesehatan untuk pencegahan infeksi, seperti hand sanitizer dan alat pelindung diri (APD). Hal ini merupakan sebuah tantangan yang dialami oleh banyak negara berkembang di awal pandemi. Hasil survei daring yang dilaksanakan dari Juli – Agustus 2020 tersebut dipublikasikan di jurnal The Lancet Regional Health – Western Pacific Penelitian ini didukung oleh hibah dari Department of Foreign Affairs and Trade  Indo-Pasifik (DFAT) di bawah Inisiatif Keamanan Kesehatan Pemerintah Australia.

Apotek komunitas dan toko obat sebagai tujuan pertama masyarakat mendapatkan pengobatan

Keterjangkauan merupakan salah satu alasan apotek komunitas dan toko obat swasta menjadi tujuan utama masyarakat dalam mencari obat. Terutama untuk daerah dengan akses layanan kesehatan yang terbatas. “Penelitian kami menunjukkan betapa pentingnya apotek komunitas dan toko obat di garda depan pelayanan kesehatan dan tantangan yang mereka hadapi selama pandemi di Indonesia saat ini,” kata Profesor Tri Wibawa, dari Universitas Gadjah Mada, yang memimpin survei ini. Peran aktif dari apoteker dan TKK dalam merespon peningkatan risiko kesehatan di masyarakat yang semakin tinggi sangat diperlukan. Termasuk dalam surveilans wabah, edukasi kesehatan, uji coba obat, pemberian vaksin, tes diagnostik, dan program untuk mendukung pasien patuh dalam pengobatan.

Apotek komunitas dan toko obat dalam usaha mencegah resistensi antibiotik

Hasil survei dari penelitian yang sama menyebutkan bahwa sebanyak 37,7% dari 4.716 responden memberikan antibiotik kepada pasien terduga COVID-19. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan ancaman resistensi antimikroba, karena antibiotik bukanlah obat yang efektif untuk virus. Profesor Virginia Wiseman, dari Kirby Institute di University of New South Wales (UNSW) Sydney dan London School of Hygiene and Tropical Medicine mengungkapkan, “Pandemi COVID-19 maupun peningkatan resistensi antimikroba yang berkelanjutan merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya respon yang melibatkan seluruh sistem kesehatan.” Sehingga pemberian antibiotik secara bijak di masyarakat sangat diperlukan guna mencegah perluasan resistensi antimikroba.

Selengkapnya dapat diakses melalui https://bit.ly/PINTARStudyFullPaper