STORIES

Lessons Learned: Webinar Varian Virus Corona Delta di Kabupaten Kudus

Ilustrasi (Wikipedia/Puryono)

Varian delta merupakan satu dari empat variant of concerns oleh WHO yang saat ini disebut-sebut sebagai penyebab lonjakan kasus COVID-19 yang akhir-akhir ini marak, salah satunya terjadi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Pusat Kedokteran Tropis UGM bersama KAGAMA telah menghelat webinar berjudul “Varian Virus Corona Delta di Kudus: Kenali dan Tingkatkan Kesiapan Diri, Komunitas, dan Sistem Pelayanan Kesehatan” yang berlangsung pada hari Rabu (16/6) kemarin.

Webinar tersebut dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah, H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. sebagai keynote speaker; ketua tim Genomic UGM, dr. Gunadi, Ph.D, Sp. BA; epidemiolog dan direktur Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D; dosen Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., MKes, MAS; dan pendiri SONJO – Sambatan Jogja, Rimawan Pradiptyo, S.E., M.Sc., Ph.D.

Pak Ganjar menyampaikan terkait kasus COVID-19 yang meningkat secara eksponensial di Kabupaten Kudus, hal ini menyebabkan kepanikan yang berimbas pada ketidaksiapan manajemen situasi terhadap gempuran pasien-pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Kepanikan yang tiba-tiba ini menyebabkan pemerintah kabupaten kewalahan dan lupa bahwa bantuan dari pihak-pihak di luar Kabupaten Kudus tersedia dan terbuka secara lebar. Genome sequencing test yang telah dilakukan akhirnya menjawab hipotesis kemunculan varian baru yang menyebabkan kenaikan kasus di lokasi ini.

Situasi di Kudus memberikan pelajaran bagi kita bahwa kepanikan yang berlebih rentan menyebabkan penanganan situasi genting yang tidak memberikan luaran baik. Lagi-lagi pendekatan 5M dan 3T masih merupakan hal yang sangat relevan untuk diterapkan, pemerintah daerah serta masyarakat perlu meningkatkan komitmen yang lebih tinggi dalam menerapkan 5M dan 3T ini.

Penemuan varian delta merupakan hasil dari dari uji lab yang dilakukan oleh tim genomic FK-KMK UGM yang diketuai oleh dr. Gunadi, Ph.D, Sp. BA. Dalam kesempatan ini, beliau menyampaikan beberapa sistem pengklasifikasian yang saat ini digunakan untuk mengklasifikasikan virus SARS-CoV-2.

Selain itu, di akhir Mei kemarin, WHO membagi kategori varian mutasi virus menjadi variant of interest dan variant of concern. Peningkatan kategori variant of interest menjadi variant of concern terjadi ketika varian ini memiliki pengaruh terhadap kesehatan masyarakat secara global; dalam konteks ini termasuk di dalamnya transmisi virus yang lebih cepat, peningkatan kemampuan menimbulkan penyakit di tubuh kita, timbulnya gejala klinis yang berbeda dari sebelumnya, dan kemampuannya dalam menurunkan efektivitas vaksinasi atau pengobatan yang kita lakukan.

Langkah-langkah yang perlu diambil dalam menanggapi variant of concern juga disampaikan melalui materi oleh dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D. Penularan yang terlanjur meluas akan menjadikan pembatasan di wilayah mikro di tingkat RT sesungguhnya tidak efektif lagi untuk mengontrol transmisi COVID-19 apabila tidak dibarengi dengan strategi 5M 3T dan vaksinasi yang berjalan bersamaan. Beliau juga menyampaikan, restriksi mobilitas yang menjadi salah satu komponen dari gerakan 5M terbukti efektif dan sangat dianjurkan untuk menekan peningkatan kasus.

Di materi selanjutnya, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., MKes, MAS menyampaikan bagaimana sebuah sistem kesehatan yang ideal harus bersifat resilient terhadap krisis/musibah yang dihadapi. Resiliensi itu terbentuk jika sistem kesehatan kita mampu memprediksi dampak dari suatu kasus, seperti variant of concern ini, dan merupakan sistem yang tumbuh, tidak jalan di tempat, mengikuti situasi yang ada. Di sesi ini kita dapat melihat bagaimana model sistem kesehatan menangani krisis di negara lain seperti Singapura dan India. Sistem kesehatan di Singapura merupakan model sistem kesehatan dengan resiliensi yang baik. Sistem kesehatan Singapura yang siap, ketat, dan terstandarisasi membuat tidak adanya penumpukan pasien di rumah sakit. Hal yang berbeda apabila kita melihat situasi yang terjadi di India, sistem yang terlambat dalam bersiap untuk menangani krisis akan meningkatkan beban rumah sakit yang begitu besar.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Kita masih belum memiliki kesiapan yang baik untuk menghadapi varian of concern ini. Selain sistem kesehatan kita yang perlu diperbaiki resiliensinya, kita perlu melakukan pendekatan yang lebih terarah mengikuti parameter-parameter epidemiologi yang ada.

Melalui aspek masyarakatnya di skala komunitas, Pak Rimawan menyampaikan bahwa gerakan kolektif dari dan untuk komunitas melengkapi segala usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah dalam menghadapi situasi krisis ini. Berbagai aktivitas Sambatan Jogja, yang disingkat SONJO, menjadi inspirasi bagaimana komunitas dapat saling bahu-membahu di masa pandemi di skala komunitas. Hal ini tidak terlepas dari perspektif dalam melihat efek pandemi tidak hanya dalam aspek kesehatan saja, tapi juga ekonomi.

Video Webinar

Pranala Luar

WHO. 2021. Tracking SARS-CoV-2 variants. Available at: <https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/>

CNN Indonesia. 2021. Menkes Sebut Varian Baru Corona India dan Afrika Masuk RI. Available at: <https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210503130823-20-637841/menkes-sebut-varian-baru-corona-india-dan-afrika-masuk-ri>

Detikcom. 2021. Menkes: Corona Varian Delta Mendominasi di Kudus, Bangkalan dan DKI. Available at: <https://news.detik.com/berita/d-5605268/menkes-corona-varian-delta-mendominasi-di-kudus-bangkalan-dan-dki>